SyekhAhmad ibn Idris Ra. brkata: Andai kata ada orang yg mengucapkan "La ilaha illallah muhammadur rasulullah" dari masa Saiyidina Àdam As hingga masa ditiupkan Sangka Kala, tapi ada seseorang yang membaca zikir fii kulli lamhatin satu kali saja, niscaya pahalanya melebihi pembacaan yang sblumnya itu. Wallahu alam bishawab
Origins of Takbeer and Why Muslims Recite Prophet Ibrahim, may peace be upon him, had a dream. In this dream he was commanded by Allah subhana wa ta’ala to sacrifice his son Isma’il. When he told his son about this dream, his son agreed that whatever Allah has ordained you must follow. They both agreed to submit to the will of Allah. Ismail lay prostrate with his forehead touching the ground, while his father laid a sharp knife upon his neck. Allah then called down right before Ibrahim a began moving the knife, “O Ibrahim! You have done my bidding and now you will be rewarded!”. A large ram was brought as an alternative sacrifice, so instead of killing his son, Ibrahim slaughtered the sheep in the name of Allah. The angels exclaimed Allahu Akbar Allahu Akbar. Ibrahim heard the voice of the angels and said “La Ilaha Illallahu Wallahu Akbar” Isma’il heard this conversation and realized that God had relieved him from this great trial and so he said “Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd” Here is the takbeer in Arabic text alongside transliteration and English أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْد Transliteration Allahu Akbar Allahu Akbar La Ilaha Ilallah Wallahu Akbar Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd Meaning Allah is the greatest, Allah is the greatest. There is no deity no god besides Allah and Allah is the greatest. Allah is the greatest and to Allah all praises benefit of Takbeer and When One Should Recite It is wajib compulsory for every adult Muslim to recite Takbeer Tashreeq audibly after fardh salat starting from Fajr of 9 Dhu al-Hijjah until after Asr of 13 Dhu al-Hijjah. It doesn’t matter if the salah was performed individually or in congregation. It should also be recited for Eid al adha salat. Women are advised to recite silently. There is great reward to reciting this in the first ten days of Dhu’l-Hijjah as these are venerated days. Allah swore by them in the Quran, this should tell us there is great benefit placed on these days. “By the dawn [this is an oath from Allah. He has the right to swear by any object of His creation the sun, the moon, the stars, the dawn, or the angels]; By the ten nights the first ten days of the month of Dhul-Hijjah” Surah Al-Fajr ayat 1-2 In the tafseer of Ibn Katheer, 8/413 it is written “Good deeds during these days are beloved to Allah, because the Prophet ﷺ said “There are no days in which righteous deeds are more beloved to Allah than these ten days.” They said, “O Messenger of Allah, not even jihad for the sake of Allah?” The Messenger of Allah ﷺ said, “Not even jihad for the sake of Allah, except in the case of a man who went out to fight, giving himself and his wealth up for the cause, and came back with nothing.” Narrated by Al-Bukhari, 969; At-Tirmidhi, 757.” The Prophet ﷺ said “The days of Tashriq are the days of eating, drinking and remembrance of Allah.” Narrated by Muslim, hadith number 1141 a and 1141 b. And what better way to remember Allah then by reciting this takbeer saying Allahu Akbar = Allah’s the greatest and tahleel Laa ilaaha ill-Allaah = There is no deity no god besides Allah.
IjazahLa Ilaha Illallah Muhammadur Rasulullah KH. Maimoen Zubair (Zikir Fii Kulli Lamhatin) Bacaan Bilal Shalat Tarawih Dan Witir, Disertai Doa Setelahnya. Ijazah Doa Nabi Khidir ke Seorang Waliyullah Tanah Jawa dan Kisah Umur Panjang . Amalan Dashyat, Do'a (Hizib) Syekh Abdul Qodir Al JailaniDzikir Lâ Ilâha illalLâh Muhammad RasûluLlâh sering kita dengar lantunannya. Dzikir ini terdiri dari 2 pernyataan. Yang pertama adalah mengesakan Allah, yakni tiada yang memiliki sifat ulûhiyah atau ketuhanan kecuali Allah, dan yang kedua adalah penegasan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya. Sudah lazim bahwa tiap-tiap dzikir memiliki faedah. Ya, meski itu bukanlah tujuan utama dari dzikir. Tujuan utamanya adalah mendekatkan kita kepada Allah subhanahu wata’ala. Lantas, apakah faedah dari dzikiran ini? Disebutkan dalam kitab Syarah Ummul Barâhîn karya Imam Abdullah Muhammad bin Yusuf as-Sanusy al-Asy’ary Jakarta, Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2013, halaman 72, keutamaan-keutamaan mengistiqamahkan dzikiran ini. Faedah tersebut terbagi menjadi dua, pertama kembali kepada budi pekerti yang baik dalam agama, yang kedua kembali kepada karamah. Keutamaan yang pertama terbagi menjadi delapan keutamaan • Menumbuhkan sifat zuhud. Yang dimaksud zuhud adalah kosongnya hati dari mengandalkan pada sesuatu yang fana duniawi. • Menumbuhkan sifat tawakal. Tawakal yaitu kepercayaan hati terhadap Allah yang Maha Pemelihara dan Maha Haq. Seseorang yang tawakal atau berserah diri kepada Allah SWT, maka jiwanya akan selalu tenang dan tidak bingung jika menemukan berbagai macam sebab dan masalah, karena ia sudah menyerahkan semuanya kepada Allah. Meski begitu, ia pun tidak melupakan usaha yang menolongnya dari suatu permasalahan dalam hidupnya. • Menumbuhkan sifat malu dalam dirinya yang akan membuatnya selalu mengagungkan Allah dan mengingat-Nya, mematuhi larangan dan perintah-Nya; mencegah diri untuk mengadu kepada makhluk yang sarat kelemahan dan kefakiran dan senantiasa mengadu kepadan-Nya • Menumbuhkan sifat kaya, maksudnya adalah kaya hati dengan terselamatkannya hati dari fitnah berbagai sebab mahluk. • Menumbuhkan sifat fakir. Fakir artinya membiarkan hati terputus dari dunia karena kesenangan memperoleh dan memperbanyak hal duniawi, karena semua keputusannya telah pasti, yaitu ditentukan oleh Allah subhanahu wata’ala. • Menimbulkan futuwah, yaitu menjauhkan diri dari menuntut mahluk lain untuk berbuat baik kepada dirinya. Jika ia melakukan kebaikan, maka ia yakin bahwa kebaikannya bersumber dari Allah, begitu pun sebaliknya, maka ia merasa tak perlu menuntut manusia untuk berbuat baik kepadanya, toh semua kebaikan bersumber dari pencipta manusia. • Menimbulkan rasa bersyukur. Rasa bersyukur bermakna mengkhususkan hati dengan memuji Allah Ta’ala dan tetap melihat berbagai nikmat yang diperolehnya bahkan di sela-sela kesengsaraan. Adapun faedah yang kedua kembali kepada karamah yang masuk kategori amr khâriqul adah perkara di luar kebiasaan. Di antara karamah atau kejadian istimewa itu adalah • Adanya keberkahan dalam makanan dan semisalnya, sehingga makanan sedikit cukup untuk orang banyak, hal ini dapat saja terlihat pada para waliyyullah. • Mudahnya memperoleh uang atau barang yang dibutuhkan. Dalam kitab ini disebutkan suatu riwayat dari Syekh Abu Abdillah at-Tawuddy membutuhkan pakaian bagi anak dan istrinya. Jumlah anaknya banyak. Beliau pun membeli secarik kain dan membawanya ke tukang jahit kemudian memberikan ujung kain itu dan memegang ujung kain yang lain. Si penjahit mulai menarik dan menggunting kain itu sedikit demi sedikit sampai menghasilkan banyak baju—padahal biasanya dengan secarik kain itu tak akan bisa mengahsilkan baju kecuali sedikit. Kemudian si penjahit berkata “Wahai tuanku, secarik kain ini tidak akan selesai selamanya untuk dibuat baju.” Kemudian Syekh Abu Abdillah berkata sambil melempar sisa kain kepada penjahit tersebut agar tak semakin panjang karena khawatir dapat menimbulkan fitnah “Itu sudah selesai.” • Terbukanya hakikat apa yang hendak digunakannya. Contoh dalam makanan, ia dapat mengetahui mana yang halal dari yang haram dan syubhat dengan berbagai tanda yang ditemukannya, adakalanya dari batin atau lahirnya, atau dari selainnya. Baca juga Enam Jenis Peristiwa Khariqul Adat Demikianlah beberapa faedah yang dapat diambil dari mendawamkan dzikir ini, meskipun sebenarnya banyak sekali faedah lainnya, yang tentu tak dapat dituangkan semuanya dalam kitab ini. Waallahu a’lam. Amien Nurhakim